Thursday, May 24, 2007

Berita

Nyai Ontosoroh
Produksi Generasi Terbaru TI 2007

Teater Institut (TI) Unesa –dulu IKIP Surabaya- kini sudah berusia 27 tahun. Perjalanan yang sudah cukup lama. Dari tahun ke tahun dinamika proses terus mewarnai perkembangan teater yang kali pertama bernama teater Kosong itu. Selama 27 tahun tercatat berbagai peristiwa pertunjukan telah diproduksi oleh teater Institut. Selama perjalanan itu yang menarik dicatat adalah tumbuh kembangnya konsep berteater antar generasi.
Sepuluh tahun periode pertama perjalanan teater Insititut diwarnai dengan proses penggarapan gaya realis. Kecenderungan gaya realis ini lebih disebabkan adanya materi pendidikan drama yang dilakukan oleh Jurusan Bahasa Indonesia yaitu Pendidikan dan Lokakarya (Penlok) Drama. Disana diajarkan materi dramaturgi dan juga metode latihan praktis.
Sementara itu para anggota Teater Institut yang belajar di Penlok mepraktekkan ilmu di sanggar. Karena itu tak heran bila kemudian muncul garapan dengan naskah-naskah standar karya Iwan Simatupang, Arifin C Noer, Putu Wijaya, Motingo Busye. Dari sini lahir sutradara seperti Setiyono, Rozak Imron (Doyok) dan aktor seperti Siwo Nurwahyudi, Much. Hakim, Retno, dll.
Namun menginjak periode 90-an fenomena itu sendiri bergeser atau tepatnya lebih beragam. Sejak mengikuti ‘Pasar Teater’ ITB di Bandung 1991, ideologi ‘teater kontemporer’ mulai merasuki angota teater Institut. Banyak ekperimen diciptakan. Dari sini lahir sutradara Yogi Suprayogi, Widodo Slamet.
Sejak saat itu, teater Insitut terus bergerak kedalam fenomena yang beragam. Paling tidak sampai awal 2000-an fenomena itu tetap bertahan. Fenomena itu mencapai puncaknya dengan muculnya generasi yang sama sekali baru. Fenomena itu ditandai dengan hadirnya garapan Didik Wahyudi dengan Mesin Hamlet (Heiner Muller). Dengan didukung para ‘simpatisan’ Teater Institut Mesin Hamlet, sempat menjadi perhatian di ajang Pekan Performing Art di Bali.
R Giryadi atau biasa disapa Lek Gir adalah fenomena lain di sanggar Teater Institut. Sejak bergabung dengan Teater Insititut 1990, sampai sekarang masih tetap bertahan. Karena itulah tidak heran kalau hampir separuh perjalanan Teater Insitut didominasi karya-karyanya. Paling tidak sejak tahun 1994, dia telah memilih menjadi peran sutradara dan penulis naskah. Naskah pertama yang diciptakan adalah Orang-Orang Bawah Tanah.
Selama 17 tahun ngendon di Teater Institut puluhan karya telah dilahirkan.
Nyai Onotosoroh adalah salah satu garapannya pada periode 2000-an dengan banyak pemain. Sejak 2000 lalu dia lebih memilih bermonolog. Meski dalam periode itu lahir karyanya seperti Rashomon (Reunosuke Akutagawa-2002-2003), Setan Dalam Bahaya (Al Hakim-2004).
Nyai Ontosoroh merupakan garapan besar yang melibatkan banyak pihak. Sejak bulan Juni 2006 lalu proses produksi dimulai. Boleh jadi garapan besar ini merupakan tantangan besar Teater Insitut periode kepemimpinan kami. Namun atas dukungan dari saudara Aditya Harsa (mas Didit), proses itu berjalan lancar. Begitu juga para alumni dan simpatisan Teater Insitut, seperti Widodo Slamet, Agus ‘Plenthis’, Urip Joko Lelono, Yugo Jayadi, Karim, dll, telah membantu kelancaran proses ini.
Begitu juga kami juga menyampaikan terimakasih kepada pihak Universitas terutama Pembantu Rektor III yang telah memberikan perhatian yang cukup terhadap kegiatan mahasiswa terutama UKM Teater. Begitu juga kami juga menyampaikan terima kasih kepada Perguruan Rakyat Merdeka (PRM) Jakarta yang telah memberikan sumbangan ide dan inspirasi, terhadap proses Nyai Ontosoroh. Semoga semuanya bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Juni 2007
Ketua Umum
Teater Institut Unesa

Luksy

0 comments:

ALBUM PERTUNJUKAN

ALBUM PERTUNJUKAN
Aeng Versi 1 di IKIP Surabaya tahun 1996-1997. Disutradarai oleh R Giryadi. Dimainkan oleh Achmad Ansori.